Monday 30 September 2019

Jadi Cerdik Aturan Menyembunyikan Amal Kebaikan


Hukum Menyembunyikan Amal Kebaikan. Para ulama menjelaskan bahwa keutamaan menyembunyikan amalan kebajikan (karena hal ini lebih menjauhkan dari riya) itu hanya khusus bagi amalan-amalan mustahab bukan amalan-amalan yang wajib. Berkata Ibnu Hajar: ”At-Thobari dan yang lainnya telah menukil ijma’ bahwa sedekah yang wajib secara terang-terangan lebih afdhol daripada secara tersembunyi. Adapun sedekah yang mustahab maka sebaliknya.” (Al-Fath 3/365).

Sebagian mereka juga mengecualikan orang-orang yang merupakan teladan bagi masyarakat, maka justru lebih afdhol bagi mereka untuk bersedekah terang-terangan biar dapat diikuti dengan syarat mereka kondusif dari riya’, dan hal ini tidaklah mungkin kecuali kalau kepercayaan dan keyakinan mereka yang kuat.

Imam Al-Iz bin Abdus Salam telah menjelaskan aturan menyembunyikan amalan kebajikan secara terperinci sebagai berikut. Beliau berkata, “Keta’atan (pada Allah) ada tiga:

  1. Amalan yang disyariatkan secara dengan dinampakan menyerupai adzan, iqomat, bertakbir, membaca Alquran dalam sholat secara jahr, khutbah-kutbah, amar ma’ruf nahi mungkar, mendirikan sholat jumat dan sholat secara berjamaah, merayakan hari-hari ‘ied, jihad, mengunjungi orang-orang yang sakit, mengantar jenazah, maka hal-hal menyerupai ini mustahil disembunyikan. Jika pelaku amalan-amalan tersebut takut riya, maka hendaknya ia berusaha bersungguh-sungguh untuk menolaknya sampai ia dapat lapang dada lalu ia dapat melaksanakannya dengan ikhlas, sehingga dengan demikian ia akan mendapat pahala amalannya dan juga pahala sebab kesungguhannya menolak riya, sebab amalan-amalan ini maslahatnya juga untuk orang lain.
  2. Amalan yang kalau diamalkan secara tersembunyi lebih afdhol dari pada kalau dinampakkan. Contohnya menyerupai membaca qiro’ah secara perlahan tatkala sholat (yaitu sholat yang tidak disyari’atkan untuk menjahrkan qiro’ah), dan berdzikir dalam sholat secara perlahan. Maka dengan perlahan lebih baik daripada kalau dijahrkan.
  3. Amalan yang terkadang disembunyikan dan terkadang dinampakkan menyerupai sedekah. Jika ia kawatir tertimpa riya’ atau ia tahu bekerjsama biasanya kalau ia nampakan amalannya ia akan riya’, maka amalan (sedekah) tersebut disembunyikan lebih baik daripada kalau dinampakkan.

Adapun orang yang kondusif dari riya’ maka ada dua keadaannya:

  1. Dia bukanlah termasuk orang yang diikuti, maka lebih baik ia menyembunyikan sedekahnya, sebab dapat jadi ia tertimpa riya’ tatkala menampakkan sedekahnya.
  2. Dia merupakan orang yang dicontohi, maka ia menampakan sedekahnya lebih baik sebab hal itu membantu fakir miskin dan ia akan diikuti. Maka ia telah memberi manfaat kepada fakir miskin dengan sedekahnya dan ia juga menyebabkan orang-orang kaya bersedekah pada fakir miskin sebab mencontohi dia, dan ia juga telah memberi manfaat pada orang-orang kaya tersebut sebab mengikuti ia bersedekah soleh.” Qowa’idul Ahkam 1/125 (Sebagaimana dinukil oleh Sulaiman Al-Asyqor dal kitabnya Al-Ikhlash hal 128-129).

Tentunya kita lebih mengetahui diri kita, kita termasuk orang yang kondusif dari riya atau tidak.

No comments:

Post a Comment