Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia... Dalam kesempatan kali ini saya akan skripsi sarjana pendidikan S-1 PG PAUD : Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain Playdough Pada Anak Usia Dini, selengkapnya sebagai berikut:
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan pemenuhan persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
Oleh : EMERENSIANA B.S.H. MAU (1001181039)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2014
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Depan Dewan Penguji pada Tanggal 27 Juni 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diterima oleh panitia ujian sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang Dalam Ujian Skripsi Yang Telah Diselenggarakan Pada :
Hari/Tanggal : Jumat, 27 Juni 2014
Tempat : Ruangan Kuliah PG-PAUD FKIP Undana
Dinyatakan : LULUS
KATA PENGANTAR
Para pembaca sekalian, di tahun 2014 ini pemikiran dan perhatian kita terfokuskan pada dua insiden besar yakni insiden kampanye pilpres periode 2014-2019 dan tubruk piala dunia yang menguras tenaga, pikiran serta emosi. Para cendekiawan lebih tepatnya aktifis pendidikan harus lebih mengarahkan pikiran dan perhatian mereka kepada visi/misi capres dan cawapres yang berkaitan dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini.
Salah seorang bakal capres menegaskan visi/misinya wacana “revolusi mental”. “Revolusi mental” berarti proses perubahan daya pikir, interaksi sosial, emosional intelegensi serta penanaman abjad nilai budaya bangsa secara cepat bahkan mendadak. Perubahan mental tidak bisa terjadi secara mendadak bila tanpa “evolusi mental” dari dunia pendidikan.
Proses perubahan daya pikir, sosial emosional dan abjad tidak akan pernah bisa diubah oleh seorang presiden maupun wakil presiden dalam waktu lima tahun atau lebih kecuali seorang guru pendidikan anak usia dini. Sesungguhnya hal urgen yang terlupakan oleh para politikus ini yaitu “revolusi mental hanya akan dan niscaya akan terjadi apabila dibuat semenjak usia dini” tetapi sayangnya belum pernah terpikirkan untuk menyediakan infrastruktur dengan menyiapkan atau memperhatikan tenaga pendidik anak usia dini yang menunjang tercapainya revolusi mental itu sendiri.
Pendidikan anak semenjak dini wacana karakter, nilai-nilai luhur, interaksi sosial, kreatifitas, daya juang, melaksanakan percobaan, dan melaksanakan penemuan (inovasi) merupakan dasar revolusi mental sebuah generasi baru.
Berkaitan dengan “revolusi mental” lebih tepatnya “evolusi” mental, penelitian ini ditujukan untuk mengarahkan perhatian anak dalam “menciptakan (inovasi)” sesuatu yang dibutuhkan untuk mencapai perkembangan kognitif mereka. Menciptakan berarti anak melaksanakan percobaan dan menemukan hal gres meskipun sangat sederhana. Daya penemuan akan meminimalisir kecenderungan perilaku konsumerisme dalam diri anak.
Hal sekecil apapun yang dilakukan pada usia dini akan melahirkan pemikiran kreatif untuk melaksanakan penemuan terhadap sesuatu yang telah ada pada dikala mereka memasuki usia produktif, yang pada akibatnya “mental konsumerisme” berkembang menjadi “mental penemuan dan kreasi”.
Skripsi ini akan mengulas bagaimana anak melaksanakan penemuan terhadap sesuatu yang telah dikenalnya dan tentunya sanggup memperlihatkan pengalaman berharga bagi perkembangan kognitif anak yang terfokus pada kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna.
Senada dengan pandangan Vigotsky (dalam Montolalu, 2008) bahwa bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian, dan percobaan untuk memperoleh pengetahuan, maka pengalaman pembuatan PlayDough dan bermain PlayDough, sanggup membantu anak mengenal aneka macam macam konsep bentuk, ukuran dan warna secara mendalam lewat percobaan sederhana.
Semoga skripsi ini sanggup memperlihatkan citra isu yang mendalam bagi para pembaca bahwa PlayDough merupakan media pembelajaran yang melahirkan kreatifitas dan motivasi mencar ilmu dalam diri anak khususnya dalam pengembangan aspek kognitif.
Kupang, Juni 2014
Penulis
ABSTRAK
Skripsi Emerensiana B. S. H Mau Tahun 2014 dengan judul “Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Nasrani Dorkas Nunhila Kupang” menitik beratkan pada problem “bagaimana proses Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun di Taman Kanak-kanak Nasrani Dorkas Nunhila Kupang?” dengan tujuan penelitian yakni untuk menggambarkan secara terperinci dan mendalam wacana proses pengenalan bentuk, ukuran dan warna melalui bermain playdough pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak kristen dorkas nunhila kupang.
Metode penelitian yang dipakai yaitu pendekatan kualitatif dengan memakai teknik observasi dan wawancara. Untuk mendapatkan data dan isu akurat yang dibutuhkan, peneliti memilih seorang anak sebagai informan utama. Dalam proses pengabsahan data, peneliti memakai triangulasi teknik dengan memakai data dokumen sebagai data pembanding, triangulasi sumber memakai data hasil wawancara orangtua dan guru dengan data observasi dan wawancara pada anak serta memakai triangulasi teori.
Penelitian berlangsung di Taman Kanak-kanak Nasrani Dorkas Nunhila Kupang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa proses pengenalan bentuk, ukuran dan warna melalui bermain PlayDough sanggup memperlihatkan bantuan penting bagi perkembangan kognitif anak yakni kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna. Selain itu, melalui bermain PlayDough daya konsentrasi, minat, ketekunan dan rasa ingin tahu anak terus berkembang melalui pengalaman eksklusif yang dialami oleh anak, juga kemampuan motorik halus dan bahasa anak turut berkembang selama proses bermain PlayDough.
Emerensiana B. S. H Mau Thesis 2014 with the title “The Introduction Of The Shapes, Sizes And Colors Through Play Pladough On Early Childhood (Case Studies In Christian Kindergarten Dorcas Nunhila Kupang) with emphasis on the problem of “how the process of introduction of the shapes, sizes and colors through play playdough on early childhood in christian kindergarten dorcas nunhila kupang?” with a research purpose, namely to describe clearly and deeply about the process of introduction of shapes, sizes and colors through paly playdough on on early childhood in christian kindergarten dorcas nunhila kupang.
The method used the qualitative approach using observation, and interviews as a data collector field. In the process pengabsahan data, researchers using triangulation techniques using data document as data comparison, using data sources triangulation interviews parents ad teachers by the results of observation and interviews as well as using triangulation theory.
The study took place in a christian kidergarten dorcas nunhila kupang. The result showed that the indtroduction of shapes, sizes and colors through play pladough can make an important contribution of the development of the child’s cognitive ability to recognize shapes, sizes and colors. In addition, through play pladough concentration, interest, perseverance an curiosity of children continue to grow through direct experience suffered by children, also fine motor skill and co-developing chlidren’s language during play playdough.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diarahkan untuk menyebarkan seluruh ranah perkembangan anak, baik aspek nilai moral agama, fisik motorik, bahasa, kognitif maupun sosial emosional. Kelima aspek perkembangan ini harus dikembangkan dan ditingkatkan secara seimbang dan berkesinambungan lantaran intinya kelima aspek ini saling bekerjasama satu sama lain.
Anak usia 4-5 tahun merupakan rentang masa peka (golden age). Anak-anak mulai sensitif untuk mendapatkan aneka macam upaya pengembangan seluruh potensi mereka. Masa peka yaitu masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan yakni lingkungan pendidikan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam menyebarkan potensi yang ada dalam diri anak. Oleh lantaran itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak semoga pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Karena anak usia 4-5 tahun berada dalam rentang usia peka, maka seluruh aspek pengetahuan anak perlu dikembangkan. Piaget (dalam Khasanah.2013) menyampaikan bahwa pengetahuan terdiri dari tiga jenis, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan kecerdikan matematika dan pengetahuan sosial. Pengetahuan fisik merupakan jenis pengetahuan yang mencakup objek-objek di alam dan karakteristiknya, ibarat warna, berat, ukuran, tekstur dan segala sesuatu yang sanggup diamati dan berkaitan dengan benda. Pengetahuan fisik disebut juga pengetahuan nyata. Hal ini berkaitan dengan benda-benda yang sanggup dilihat, diraba, disentuh, didengar, dan dirasa. Pengetahuan fisik yaitu pengetahuan yang berkembang pada anak. Pengetahuan ini yaitu pengetahuan dasar lantaran merupakan pembentuk utama dari struktur mental yang mendasari bentuk-bentuk pengetahuan lain. Pengetahuan fisik berkembang melalui pengamatan anak dan interaksi anak dengan objek dan lingkungan.
Sujiono (2005) menyatakan bahwa pengembangan pengetahuan fisik dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna mempunyai beberapa indikator yang hendaknya dicapai anak yaitu:
1) Memilih benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran,
2) Mencocokkan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran,
3) Membandingkan benda berdasarkan ukurannya (besar-kecil, panjang-lebar, tinggi-rendah),
4) Mengukur benda secara sederhana,
5) Mengerti dan mengunakan bahasa ukuran ibarat besar- kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek dan sebagainya,
6) Menciptakan bentuk dari penggalan geometri,
7) Mencontoh bentuk-bentuk geometri,
8) Menyebut, mengambarkan dan mengelompokkan segi empat,
9) Menyusun menara dari delapan kubus,
10) Mengenal ukuran panjang berat dan isi serta menjiplak pola dengan empat kubus.
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM,2000, dalam Carol & Barbara. 2008) mengemukakan bahwa pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna merupakan standar anak memahami pengetahuan dasar matematika. Kegiatan penggolongan (klasifikasi), mengelompokan, dan membandingkan benda-benda yang serupa atau mempunyai kesamaan merupakan salah satu proses penting untuk menyebarkan konsep bilangan.
Berdasarkan pandangan tersebut, sanggup dipahami bahwa selain pengetahuan yang fundamental dalam pembentukan mental bagi pengetahuan lainnya, Kemampuan anak mengenal dan membedakan sesuatu objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna pun sanggup memperlihatkan potensi berkembangnya kecerdasan kecerdikan matematika anak.
Fakta yang ditemukan di lapangan pada waktu acara PPL selama kurang lebih 6 bulan, peneliti menemukan bawah umur yang berusia 4-5 tahun mempunyai kemampuan mengenal dan membedakan aneka macam objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna masih berada pada taraf yang sangat minim bila bertolak dari karakteristik perkembangan kognitif anak seusia mereka. Mereka bisa mengidentifikasi benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna apabila mereka menjawab bersama sobat lain (hanya mengikuti sobat lain) tetapi ketika diberi kesempatan untuk menjawab sendiri bawah umur tertentu belum bisa menjawabnya dengan benar.
Dari anak berjumlah 13 orang, hanya sekitar 3 orang (23,07%) yang bisa menjawab dengan benar dan sekitar 10 orang anak (76,92%) belum bisa mengenal dan membedakan bentuk, ukuran dan warna. Keadaan tersebut disebabkan oleh kurangnya kreatifitas guru untuk membuat media pembelajaran yang menarik bagi anak.
Guru hanya mengarahkan anak untuk bermain bebas di setiap sentra, dan bermain tanpa adanya suatu pengawasan dalam bentuk keikutsertaan pada dikala anak bermain semoga guru sanggup mengeksplor pemahaman anak wacana hal yang akan dikembangkan melalui pertanyaan-pertanyaan eksplorasi. Selain itu, guru belum bisa memodifikasi media khususnya media PlayDough untuk menyebarkan kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna yang ternyata media PlayDough sangat sanggup dikreasikan untuk memperlihatkan suatu pemahaman kepada anak.
Pengenalan bentuk, ukuran dan warna sanggup dilakukan melalui acara bermain. Dunia anak merupakan dunia bermain dan anak mencar ilmu melalui bermain, maka guru sanggup memperkenalkan bentuk, ukuran dan warna kepada anak tanpa harus mencari-cari metode pembelajaran yang menyusahkan bagi anak. Bermain merupakan media yang amat diharapkan untuk proses berpikir lantaran menunjang perkembangan intelektual melalui pengalaman yang memperkaya cara berpikir anak-anak. Penyelidikan Vigotsky (dalam Montolalu, 2008), membenarkan adanya hubungan erat antara bermain dengan perkembangan kognitif.
Bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian, mengadakan percobaan untuk memperoleh pengetahuan. Bermain juga membawa kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian-penelitian, mengadakan percobaan dan menumbuhkan daya imajinasi melalui acara membentuk benda-benda ibarat hewan sesuai imajinasi anak memakai tanah liat, PlayDough ( plastisin) dan balok (Montolalu, 2008).
Salah satu kemampuan kognitif yang sanggup dikembangkan melalui acara bermain yakni kemampuan mengenal benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna memakai PlayDough.
PlayDough merupakan salah satu media yang sempurna untuk membantu anak mengenal dan membedakan objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna. Melalui bermain playDough, anak membentuk aneka macam objek dengan ukuran yang berbeda, anak sanggup memanipulasi aneka macam bentuk geometris memakai campuran PlayDough, serta anak sanggup mengenal jenis warna yang terdapat dalam campuran PlayDough tersebut.
Dengan membentuk aneka macam objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna, anak sanggup menyebarkan daya pikir yakni daya imajinasi yang melahirkan kreatifitas dari dalam diri anak. US Departemen of Health and Human Services,2001 (dalam Swartz,2005), mengemukakan bahwa melalui bermain PlayDough, anak sanggup menyebarkan kemampuannya di aneka macam aspek ibarat sosial emosional, bahasa, seni kreatifitas, dan kognitif (matematika yang berkaitan dengan pengenalan benda berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna).
Pengalaman dengan bermain PlayDough (Plastisin) memungkinkan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi dengan cara yang bervariasi. Melalui bermain PlayDough, anak sanggup mengambarkan dan meningkatkan minat serta kesadaran angka dan menghitung sebagai sarana untuk memecahkan problem dan memilih kuantitas. Anak juga mulai memakai bahasa untuk membandingkan jumlah benda dengan istilah ibarat lebih, kurang, lebih besar, kurang dari dan sama dengan.
Selain itu anak juga sanggup menyebarkan kemampuan menggabungkan, memisahkan benda sesuai jumlah, sanggup membedakan benda yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda serta anak sanggup membangun pemahaman wacana letak suatu benda ibarat di atas, di bawah, di depan, di belakang, di luar dan di dalam (Swartz,2005). Dari ulasan di atas sanggup menjembatani pikiran kita bahwa bermain PlayDough cukup urgen dalam menyebarkan kemampuan anak mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna.
Dengan adanya fenomena yang terungkap serta memahami begitu bermanfaatnya acara bermain PlayDough bagi kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna, maka peneliti terinspirasi untuk melaksanakan suatu penelitian dengan judul “Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun di Taman Kanak-kanak Nasrani Dorkas Nunhila Kupang”.
Download skripsi wacana Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain Playdough Pada Anak Usia Dini (Studi Kasus Di TK. Nasrani Dorkas Nunhila Kupang), silahkan download di sini… Semoga bermanfaat dan terimakasih…
Pengirim Karya Tulis : rinche.halle@yahoo.co.id