Saturday 19 June 2021

Lebih Cerdik Pengertian, Karakteristik, Komponen, Dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning /Ctl)

Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia...

Pembelajaran Kontekstual mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi konkret lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk logika dan bermanfaat.

Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. 

Siswa akan bisa memakai pengetahuannya untuk menuntaskan masalah-masalah gres dan belum pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. 

Siswa diperlukan sanggup membangun pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah.

Pembelajaran Kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi subjek yang dipelajari dengan situasi dunia bekerjsama dan memotivasikan pembelajar untuk menciptakan kaitan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai hebat keluarga, warga masyarakat, dan pekerja.

Pembelajaran Kontekstual ialah sebuah sistem mencar ilmu yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa bisa menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah kalau mereka bisa mengaitkan warta gres dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya (Elaine B. Johnson, 2007:14).

Dalam Pembelajaran Kontekstual, ada delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu:

1.   Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
2.   Melakukan pekerjaan yang berarti,
3.   Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
4.   Bekerja sama,
5.   Berpikir kritis dan kreatif,
6.   Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,
7.   Mencapai standar yang tinggi, dan
8.   Menggunakan evaluasi otentik (Elaine B. Johnson, 2007: 65-66).

Berdasarkan pengertian di atas sanggup dijelaskan bahwa Pembelajaran Kontekstual ialah mempraktikkan konsep mencar ilmu yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia konkret siswa. Siswa secara bahu-membahu membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya.

Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep mencar ilmu yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi konkret siswa dan mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk acara siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Pembelajaran Kontekstual ialah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk sanggup menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan konkret sehingga mendorong siswa untuk sanggup menerapkannya dalam kehidupan meraka (Sanjaya, 2005:109).

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami :

Pertama, Pembelajaran Kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses mencar ilmu diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses mencar ilmu dalam konteks Pembelajaran Kontekstual tidak mengharapkan biar siswa hanya mendapatkan pelajaran, tetapi yang diutamakan ialah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, Pembelajaran Kontekstual mendorong biar siswa sanggup menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk sanggup menangkap hubungan antara pengalaman mencar ilmu di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting lantaran dengan sanggup mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan gampang terlupakan.

Ketiga, Pembelajaran Kontekstual mendorong siswa untuk sanggup menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan. Artinya, Pembelajaran Kontekstual tidak hanya mengharapkan siswa sanggup memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu sanggup mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks Pembelajaran Kontekstual tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang memakai pendekatan Kontekstual:

a.   Dalam Pembelajaran Kontekstual pembelajaran merupa kan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa ialah pengetahuan yang utuh yang mempunyai keterkaitan satu sama lain.
b.   Pembelajaran yang kontekstual ialah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan gres (acquiring knowledge). Pengetahuan gres itu sanggup diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
c.   Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
d.   Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus sanggup diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
e.   Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap seni administrasi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Di sisi lain, Hernowo (2005:93) mengatakan langkah-langkah mudah memakai seni administrasi pebelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning :

1.   Kaitkan setiap mata pelajaran dengan seorang tokoh yang sukses dalam menerapkan mata pelajaran tersebut.
2.   Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.
3.   Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang terperinci dan spesifik kepada anak didik berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang diajarkan kepada mereka.
4.   Upayakan biar ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah sanggup memotivasi anak didik untuk mengulang dan mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka.
5.   Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu yang diterimanya secara subjektif sehingga anak didik sanggup menemukan sendiri cara mencar ilmu alamiah yang cocok dengan dirinya.
6.   Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka mengekspresikannya dengan bebas.
7.   Bimbing mereka untuk memakai emosi dalam setiap pembelajaran sehingga anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam mencar ilmu di sekolah).

No comments:

Post a Comment