Saturday 10 August 2019

Jadi Berakal Kupas Tuntas Seputar Aturan Ibadah Puasa Bulan Ramadlan


Shaum (puasa) secara bahasa bermakna imsak ( menahan). Shaum (puasa) secara syar’i bermakna: menahan diri dari segala sesuatu yg sanggup membatalkan, mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, disertai dengan niat.

Karena itu akan sedikit mengulas perihal aturan dan keutamaan puasa, etika puasa, apa yang mesti dilakukan ketika puasa, siapa saja yang wajib dan dilarang berpuasa, macam-macam puasa wajib dan sunah, apa saja yang membatalkan puasa. Yuk simak cerita selanjutnya!

baca:
Puasa tingkat pemula sekedar menahan lapar dan haus
Puasa tingkat menengah untuk ketajaman moral
Puasa tingkat tinggi gerak hati dan pikiran

Hukum Puasa


Segenap umat islam setuju bahwa puasa di bulan Ramadhan, yakni fardhu (wajib). Dalil dari Al-Quran surat Al-Baqarah:183 "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kau biar kau bertakwa" Dari As-Sunnah, hadits Abdullah bin Umar, “Buniyal Islaamu `ala khamsin”

Keutamaan Puasa


  1. Puasa dikhususkan Allah bagi diri-Nya, dan Dia sendiri yang eksklusif memperlihatkan pahalanya.
  2. Orang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan
  3. Allah mengampuni orang yang berpuasa ramadhan sebab kepercayaan dan mengharapkan pahala-Nya
  4. Doa orang berpuasa tidak pernah ditolak
  5. Puasa sanggup memperlihatkan syafaat kepada pelakunya pada hari kiamat
  6. Barangsiapa berpuasa satu hari fi sabilillah, pasti Allah Menjauhkan mukanya dari neraka sebanyak tujuh puluh tahun
  7. Orang yang berpuasa mempunyai pintu khusus berjulukan Ar-Rayyan, yang tidak dimasuki selain mereka.
  8. Puasa sanggup mendidik dan menumbuhkan kemauan untuk menghindari kemaksiatan.
  9. Menumbuhkan rasa belas kasih dan uluran tangan untuk membantu fakir miskin
  10. Puasa membiasakan disiplin dan sempurna waktu
  11. Puasa menampakan prinsip kesatuan kaum muslimin, dimana segenap umat berpuasa dan berhari raya bersama pada bulan yang sama

Etika Puasa


  1. Sahur dan menundanya hingga simpulan waktunya.
  2. Segera berbuka kalau telah hingga waktunya
  3. Menghindari rafats
  4. Tidak terlalu banyak makan
  5. Hendaknya tidak teriak-teriak
  6. Menghindari perbuatan haram dan tak berkhasiat seperti: nonton sinetron, nonton perlombaan, mondar mandir di jalan, dsb.
  7. Mendermakan ilmu, harta, kemuliaan, badan, dan akhlaq.

Yang seharusnya dilakukan di bulan puasa


  1. Mempersiapkan suasana dan jiwa untuk beribadah dan bertaubat kepada Allah.
  2. Mengerjakan puasa dan sholat tarawih.
  3. Berusaha untuk mendapat lailatul Qodar.
  4. Menamatkan bacaan Al-Quran.

Yang wajib berpuasa


  1. Muslim yang aqil baligh
  2. Anak berusia 7 tahun kalau bisa berpuasa (belajar)
  3. Orang kafir yang masuk islam
  4. Orang absurd yang sudah sadar.

Yang boleh tidak berpuasa


  1. Musafir
  2. Orang sakit
  3. Orang lanjut usia, lemah dan pikun
  4. Wanita hamil dan menyusui
  5. Orang sehat dan muqim tetapi berat (tidak kuat) menjalankan puasa

Haram berpuasa bagi


  1. Orang haid
  2. Orang nifas
  3. Hari- 2 hari raya
  4. Hari-3 tasyrik

Hal-hal yang membatalkan puasa


  1. Haidh, nifas, dan berbekam.
  2. Jima'
  3. Sengaja muntah
  4. Makan dan minum dengan sengaja. Juga yang semakna dengan ini yaitu: obat-obatan atau pil yang ditelan lewat tenggorokan, infus, atau tranfusi darah.
  5. Mengeluarkan m@ni secara sengaja
  6. Murtad dari agama Islam

Hal-hal yang tidak membatalkan puasa


  1. Mencuci telinga, memasukkan tetesan ke dalam hidung, oksigen yang dimasukkan melalui hidung, dll.
  2. Bersikat gigi, melobangi, mencopot gigi.
  3. Kumur-kumur
  4. Benda-benda yang diserap kulit

Puasa wajib


  1. Puasa Romadhon
  2. Puasa Nazar
  3. Puasa Kafarat

Puasa Sunat


  1. Puasa enam hari di bulan syawal
  2. Puasa senen, kamis
  3. Puasa hari putih
  4. Puasa tarwiyah
  5. Puasa Arofah
  6. Puasa 10 bulan Muharrom(hari ‘asyuro) dll

Mengapa niat puasa tidak bersamaan dengan awal puasa? Mengapa pada Ibadah lainnya harus bersamaan Dengan awal perbuatannya?

Perbuatan Ibadah ada dua bentuk: fi’lun muktasab (perbuatan ibadah yang awal dan alhasil tergantung inisiatif pelaku) dan fi’lun ghair muktasab (perbuatan ibadah yang awal dan alhasil tidak tergantung kepada inisiatif pelaku)

Ibadah puasa termasuk fi’lun ghair muktasab (awal dan simpulan ibadah puasa tidak muncul dari inisiatif pelaku tetapi tergantung terbitnya fajar dan tenggelamnya matahari) Niat puasa tidak dibersamakan untuk menghindari kesulitan.

Orang yang boleh tidak puasa dan yang haram berpuasa, tetap harus mengganti puasa yang ditinggalkan sesudah hari raya.

No comments:

Post a Comment