Tuesday 1 October 2019

Jadi Arif Puasa Tingkat Menengah Mesin Ampuh Ketajaman Moral


Melihat ibadah puasa dengan kacamata tasawuf-akhlak. Rasulullah SAW bersabda: “banyak orang yang berpuasa, yang ia dapatkan hanyalah lapar dan haus”. Sabda Rasulullah ini menegaskan bahwa rata-rata orang puasa masih belum sanggup menyentuh batin dari puasa itu sendiri. Seringkali hanya sebatas urusan kulit, yang penting tidak makan, minum dan lain-lain sebagaimana klarifikasi pada artikel sebelumnya
Puasa Tingkat Pemula Sekedar Mengekang Biologis

Jika puasa hanya berlandaskan jasmaniah saja, maka sangat minim buah moral dan spiritual dari ketabahan kita menahan lapar dan haus itu. Puasa ialah separuh dari kesabaran, sebab inti dari puasa ialah menahan nafsu. Jika dipahami lebih luas, nafsu yang ditahan itu tidak sekedar makan dan minum, tapi juga nafsu lain yang mempunyai imbas negative tidak kalah ‘seram’

Terkait: Puasa versi 4 madzhab

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali merumuskan puasa tingkat menengah dengan enam pokok diluar kewajiban puasa yang ditetapkan oleh ulama fikih. Puasa tingkat menengah ini ialah puasa orang-orang shalih:

  1. Menjaga pandangan dari hal-hal yang menyebabkan ia lupa kepada Allah
  2. Menjaga pengecap dari ucapan yang tidak mempunyai kegunaan yang dihentikan Allah
  3. Menjaga indera pendengaran semoga tidak mendengarkan apa yang tidak disukai Allah, kata yang haram diucapkan juga haram didengar
  4. Menjaga kaki, tangan, dan potongan badan yang lain dari perbuatan dosa, dan perbuatan yang tidak disukai Allah
  5. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi masakan (tentunya masakan yang halal) hingga perutnya penuh
  6. Setelah berbuka, hati menjadi gelisah sebab khawatir puasanya tidak diterima

Puasa yang sudah memenuhi syarat-syarat diatas akan membuahkan banyak hasil bagi kualitas moral dan keimanan. Maka tidak heran Imam Ghazali menegaskan bahwa puasa mewakili 25 persen dari keimanan kita. Rumusan puasa ini menurut paradigm tasawuf yang menyentuh ibdah tidak hanya pada bentuk luar, tapi juga membawa ibadah ke dalam potongan yang lebih prinsipil, yaitu untuk apa ibadah itu?

Dalam bahasa Imam Ghazali, tasawuf berbeda dengan fikih dalam mengartikan kata sah. Bagi tasawuf arti sah berarti diterima, sedangkan diterima berarti mencapai tujuan. Tujuan puasa ialah sebisa mungkin menggandakan malaikat,, mereka tidak mempunyai nafsu, dan insan sebisa mungkin menahan nafsu mereka semoga sanggup berkumpul dengan para makhluk suci itu

Dengan demikian berarti arti dari kata “menahan” sebagai makna puasa, tidak hanya menahan makan-minum dan lainnya, tapi juga menahan seluruh nafsu itu sendiri.

No comments:

Post a Comment