Monday, 11 October 2021

Pasti Dapat Setumpuk Surat Cinta Dari Yuni

Dengan berat hati Mardi membenamkan tumpukan surat itu ke dalam tanah. Lubang yang sudah digalinya dengan pacul. Tidak begitu dalam namun cukup untuk menguburkan semua surat itu berwarna merah jambu itu.


engan berat hati Mardi membenamkan tumpukan surat itu ke dalam tanah PASTI BISA Setumpuk Surat Cinta Dari Yuni
Ilustrasi surat cinta dari Yuni (pixabay.com)

Setelah menimbun lubang berisi surat-surat itu, Mardi memadatnya dengan kaki. Ia tak akan melihat tumpukan surat itu lagi. Surat-surat itu akan hancur lebur dimakan cacing, terurai oleh basil menjadi tanah.
Mardi menghela nafas ringan. Memang terasa agak ringan sehabis surat-surat dari Yuni dikuburkannya di kebun pisang belakang rumahnya.
Tumpukan kertas itu niscaya akan lebur menjadi tanah. Tetapi Mardi tidak tahu apakah ia sanggup melupakan Yuni. Membuang bayangan Yuni dari alam pikirannya. Kemudian menguburkannya bersama perjalanan waktu.
Tanpa sepengetahuan Mardi. Dari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan gerak-gerik Mardi di kebun pisang di belakang rumah. Seorang perempuan paruh baya yang sangat prihatin dengan nasib Mardi.
“Kasihan kau nak…” Perempuan paruh baya itu membatin lirih. 
Sebagai seorang ibu, ia sanggup mencicipi betapa hancurnya hati dan perasaan Mardi sehabis diputuskan oleh Yuni. Apalagi tak ada angin tak ada hujan, Yuni mendadak memutuskan kekerabatan yang sudah terbina empat tahun.
Bu Maryam, perempuan paruh baya itu bergegas menghindari kawasan itu. Khawatir diketahui keberadaannya oleh Mardi.
******
“Ibu kasihan dengan kamu, Nak…Ibu berharap dengan cara kau menguburkan semua surat dari Yuni tadi sore, ibu berharap kau sanggup melupakannya.” tutur Bu Maryam usai makan malam.
“Lho? Dimana ibu tahu jikalau Mardi menguburkan surat-surat dari Yuni?” tukas Mardi heran. Padahal tadi sore ia berusaha belakang layar supaya tidak diketahui oleh siapa pun di rumah orangtuanya itu.
“Ibu tak sengaja melongok ke kebun pisang belakang melewati jendela samping rumah. Kemudian mendengar bunyi sesuatu dan alasannya yaitu ingin tau Ibu coba mendekat. Ternyata kamu, Nak…” jawab Bu Maryam berterus terang.
*****
“Bu, kenapa ya, akhir-akhir ini Mardi sering bermimpi bertemu dengan Yuni,” ujar Mardi.
“Kok bisa, ya?”
“Apa alasannya yaitu Mardi telah menguburkan surat-surat dari Yuni itu, Bu?”
“Apa hubungannya kau menguburkan surat dari Yuni dengan mimpi bertemu dengannya?”
Mardi tercenung. Apa yang dikatakan Ibunya memang benar.
“Ibu curiga, Mardi…”
“Curiga gimana, bu?”
“Jangan-jangan kau masih mengharapkannya kembali. Surat-surat dari Yuni boleh saja kau bakar atau kau kuburkan. Tetapi pikiran kau kepada Yuni terus,”
“Ya, enggak lah, Bu…”
“Yang benar…”
“Benar, bu. Sungguh, Mardi telah melupakan Yuni,”
“Kamu sudah punya pengganti, Yuni?”
“Belum, Bu…”
“Ibu sarankan supaya kau cari pengganti Yuni dengan perempuan lain supaya kau benar-benar melupakannya,”
Mardi tercenung.
“Murni juga cantik, baik dan tak kalah dengan Yuni,” kata Bu Maryam kemudiam.
“Ah, ibu sanggup saja…”Mardi tersipu.
“Ibu serius. Ia niscaya mau jadian dengan kamu.”
Mardi terdiam lagi. Mulutnya tak sanggup mengucapkan apa-apa mendengar apa yang dikatakan Ibunya barusan.
Simak juga : Bocah Manis Memesona
Bu Maryam sedikit lega dengan respon putranya. Dengan mengubur setumpuk surat cinta dari Yuni, lalu mencari penggantinya. Mardi benar-benar akan melupakan Yuni.

No comments:

Post a Comment