Sunday 24 March 2019

Jadi Bakir Menikmati Rasa Senang Dengan Penuh Rasa Syukur


Siapa diantara kita tidak ingin bahagia. Tentu saja tiap dari kita, tiap dari muslimah sangat menginginkan itu. Tetapi tentu saja tidak setiap waktu kita akan mendapat kebahagiaan. Dan, tidak setiap kebahagiaan pun akan sama dengan kebahagiaan yang pernah kita alami sebelumnya. Meskipun begitu, muslimah pasti sadar bahwa kebahagiaan merupakan sebuah kenikmatan dari Allah yang selalu kita tunggu kedatangannya

Dalam La-tahzan, Qarni menyebutkan bahwa diantara kenikmatan terbesar yaitu kebahagiaan, ketentraman, dan ketenangan hati. Sebab dalam kebahagiaan hati itu terdapat keteguhan pikir, produktifitas yang bagus, dan keriangan jiwa. Kata banyak orang, kebahagiaan merupakan seni yang sanggup dipelajari. Artinya, siapa yang mengetahui cara memperoleh, mencicipi dan menikmati kebahagiaan, maka ia akan sanggup memanfaatkan banyak sekali kenikmatyan dan fasilitas hidup, baik yang ada didepan maupun yang masih jauh berada dibelakangnya

Ia menambahkan bahwa modal utama untuk meraih kebahagiaan yaitu kekuatan atau kemampuan diri untuk menanggung beban kehidupan, tidak gampang goyah oleh goncangan-goncangan, tidak gentar oleh peristwa-peristiwa, dan tidak pernah sibuk memikirkan hal-hal kecil yang sepele. Begitulah, semakin berpengaruh dan jernih hati seseorang, maka akan semakin bersinar pula jiwanya. Hati yang sabar, lemah tekad, rendah semangat, dan selalu gelisah tak ubahnya dengan gerbong kereta yang mengangkut kesedihan, kecemasan dan kekhawatiran

Menurutnya, barangsiapa membiasakan jiwanya bersabar dan tahan terhadap segala benturan, pasti goncangan apapun dan tekanan dari manapun akan terasa ringan. Diantara musuh utama kebahagiaan yaitu wawasan yang sempit, pandangan yang picik, dan egoisme. Karena itu, Allah melukiskan musuh-musuh-Nya yaitu sebagaimana berikut :

"...Mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri"(QS. Ali`Imran: 154)

Qarni menjelaskan bahwa orang-orang yang berwawasan sempit senantiasa melihat seluruh alam ini menyerupai apa yang mereka alami. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang terjadi pada orang lain, tidak pernah hidup untuk orang lain, dan tidak pernah memperhatikan sekitarnya. Memang ada kalanya kita harus memikirkan diri kita sendiri dan menjaga jarak dari sesama, yaitu tatkala kita sedang melupakan kepedihan, kegundahan, an kesedihan kita. Dan, itu artinya kita sanggup mendapat dua hal secara bersamaan: membahagiakan diri kita dan tidak merepotkan orang lain. Sastu hal fundamental dalam seni mendapat kebahagiaan yaitu bagaimana mengendalikan dan menjaga pikiran biar tidak terpecah.

Apalagi jika Anda tidak mengendalikan pikiran Anda dalam setiap melaksanakan sesuatu, pasti ia tidak akan terkenali. Ia akan gampang membawa Anda pada berkas-berkas kesedihan masa lalu. Dan pikiran liar yang tak terkendali itu tak hanya akan menghidupkan kembali luka lama, tetapi juga membisikkan masa depan yang mencekam. Ia juga sanggup membuat badan gemetar, kepribadian goyah, dan perasaan terbakar. Kendalikan pikiran Anda ke arah yang baik dan mengarah pada perbuatan yang bermanfaat.

"...Dan, bertawakkallah kepada Dzat Yang maha hidup dan tidak pernah mati". (QS. Al-Furqan: 58)

Masih berdasarkan Qarni, hal fundamental yang tak sanggup dilupakan dalam mempelajari cara meraih kebahagiaan yaitu bahwa Anda harus menempatkan kehidupan ini sesuai dengan porsi dan tempatnya. Bagaimanapun, kehidupan ini laksana permainan yang harus diwaspadai. Pasalnya, ia sanggup menylut kekejian, kepedihan, dan bencana. Jika demikian halnya sifat-sifat dunia, maka mengapa ia harus begitu siperhatikan dan ditangisi saat gagal diraih. Keindahan hidup di dunia ini acapkali palsu, janji-janjinya hanya fatamorgana belaka, apapun yang ia lahirkan senantiasa berekhir pada ketiadaan, orang yang paling bergelimang dengan hartanya yaitu orang yang paling merasa terancam, dan orang yang selalu memuja dan memimpikannya akan mati terbunuh oleh pedang waktu yang pasti tiba.

Satu hal fundamental yang sangat penting diperhatikan yaitu bahwa kebahagiaan itu tidak tiba begitu saja. Tapi, harus diusahakan dan dipenuhi segala sesuatu yang menjadi prasaratnya. Lebih dari itu, untuk mencapai kebahagiaan Anda harus senantiasa menahan dari hal-hal yang tak bermanfaat. Bagitulah cara memompa jiwa biar senantiasa siap diajak mencari kebahagiaan. Kehidupan dunia ini bahu-membahu tidak berhak membuat kita bermuram durja, pesimistis dan lemah semangat.

Adalah suatu kenyataan yang terelakkan jika Anda tidak akan bisa menyapu higienis noda-noda kesedihan dari Anda. Karena bagaimanapun, memang menyerupai itulah kehidupan dunia ini tercipta.

"Kami telah membuat insan dalam susah payah". (QS. Al-Balad: 4).

"Sesungguhnya, Kami membuat insan dari setetes m@ni yang bercampur yang Kami hendak mengujinya". (QS. Al-Insan: 2)

"Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kau yang paling baik amalnya". (QS. Al-Mulk: 2)

Qarni berkeyakinan, kita, tiap-tiap manusia, khususnya kaum muslimah sudah sangat diketahui tabiatnya oleh Sang Pencipta. Semua itu kenyataan. Maka, Anda hanya berkewajiban mengurangi dan bukan menghilangkan kesedihan, kecemasan dan kegundahan pada diri Anda. Sebab, kesedihan itu akan sirna bersama akar-akarnya hanya di syurga kelak. Terbukti, dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa para penduduk syurga akan ada yang berkata,

"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan sedih cita dari kami". (QS. Fathir: 34)

Qarni menambahkan bahwa ini merupakan arahan kesedihan yang hanya akan tersapu higienis dari seseorang tatkala ia sudah berada di syurga kelak. Dan, ini sama halnya dengan nasib kedengkian yang tak akan benar-benar musnah kecuali sesudah insan masuk surga.

"Dan, kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka" (QS. Al-Hijr: 47)

Qarni meyakini orang yang mengetahui apa dan bagaimana dunia, pasti ia akan sanggup menghadapi setiap rintangan an menyikapi tabiatnya yang bergairah dan pengecut itu. Dan kemudian, ia akan menyadari bahwa memang demikianlah sifat dan susila dunia itu. Jika benar dunia menyerupai yang kita gambarkan di atas, maka sungguh pantas bagi orang yang bijak, arif serta waspada untuk tidak gampang mengalah pada kesengsaraan, kesusahan, kecemasan, kegundahan, dan kesedihan dalam hidupnya. Sebaliknya, mereka harus melawan semuanya itu dengan seluruh kekuatan yang telah Allah karuniakan kepadanya.

Wahai muslimah yang dimuliakan Allah, kiranya klarifikasi sudah sangat terperinci bahwa, kebahagiaan memang masih diiringi dengan kesengsaraan, kesusahan, kecemasan dan lain sebagainya. Hendaknya, sebagai muslimah kita wajib mensyukuri segala kebahagiaan sebagaimana kita mensyukuri segala kesengsaraan atau kesussahan.

No comments:

Post a Comment