Wednesday, 17 January 2018

Pasti Dapat Cintanya Cinta Bukan Cinta Biasa - Bab 1

Cinta gadis malang – Gadis lima belasan tahun berseragam putih dongker itu bergegas memasuki gerbang sekolah. Wajahnya yang purtih higienis nampak pucat mengambarkan kecemasan mendera hatinya. Cemas alasannya yakni terlambat lagi tiba ke sekolah.

 Gadis lima belasan tahun berseragam putih dongker itu bergegas memasuki gerbang sekolah PASTI BISA Cintanya Cinta Bukan Cinta Biasa - Bagian 1
Ilustrasi cintanya cinta bukan cinta biasa (pixabay.com)

Cinta, gadis belia itu memang sering terlambat ke sekolah alasannya yakni ia harus membantu orangtuanya dulu sebelum berangkat sekolah. Ia diantar oleh pak Diman, tukang ojek yang menjadi langganannya setiap pergi dan pulang sekolah. Pak Diman selalu setia mengantar dan menjemput Cinta tiap hari.

Semnetara itu pak Diman masih terpaku di atas jok motornya di depan gerbang sekolah. Begitu usang lelaki paruh baya itu hanyut dengan pikirannya. Memikirkan nasib malang Cinta, gadis kecil yang selama ini diasuh oleh keluarga pak Jaya.

Pak Diman merasa trenyuh. Cinta tak pernah tahu siapa orangtua sebenarnya. Cinta, gadis yang kini duduk dibangku kelas 9 es-em-pe itu mengira bila pak Jaya dan buk Fatimah yakni orangtua kandungnya.

“Kalau begitu, biarlah kami yang merawat bayi mungil ini, pak Diman….”

Kalimat itu masih terngiang di indera pendengaran pak Diman. Kalimat yang diucapkan oleh pak Jaya saat ia menyerahkan bayi yang ditemukanya di pos ronda, 15 tahun silam.

Subuh itu tak sengaja pak Diman menemukan bayi mungil di pos ronda terbalut rapi dengan selimut bayi. Ia merasa capek dan ingin beristirahat menunggu datangnya pagi, sesudah mengantarkan salah seorang warga ke luar kabupaten.

Pak Diman sempat gundah mau berbuat apa. Namun saat kebingungan melanda, pak Jaya dan istrinya lewat di depan pos ronda. Pak Diman segera memberi tahu kepada pak Jaya bila ia menemukan bayi dalam pos ronda.

“Pak Diman sudah tahu kami memang tidak dikarunia anak. Makara kami akan merawatnya dan menganggapnya sebagai anak sendiri,” sela istri pak Jaya.

“Tapi pak Diman rahasiakan semua ini, ya?  Kalau ada yang bertanya wacana bayi ini, bilang saja cucu dari saudara saya yang di kota,” timpal pak  Jaya.

“Baik, pak Jaya. Akan saya jaga diam-diam ini selamanya,” sahut pak Diman.

Pak Diman tersentak dari lamunannya. Kemudian berbalik arah memutar motornya dan meninggalkan gerbang sekolah. Tak disadari pak Diman telah terhanyut oleh tragedi 15 tahun silam. (Bersambung…)

No comments:

Post a Comment